“BHINNEKA DALAM GEREJA” – Efesus 3:1-13

Bincang Bestari Episode 05 oleh Pdt. Ardi Yusuf Wiriadinata, M.Th, S.Psi 

Negara Indonesia menyimpan banyak sekali sejarah di dalamnya. Salah satunya adalah sejarah Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur ini mempunyai wilayah kekuasaan mulai dari Pulau Jawa, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku, Timor, Lombok, hingga sampai ke Papua bagian barat. Betapa besarnya wilayah kekuasaan Majapahit pasti diiringi dengan betapa banyaknya perbedaan yang ada di dalamnya. Mulai dari perbedaan suku, kepercayaan, budaya, hingga perbedaan bahasa. Melihat kenyataan ini, ada seorang pujangga di abad ke-14 yang bernama Mpu Tantular. Ia mencetuskan sebuah istilah yang bahkan hingga saat ini dipakai sebagai motto oleh bangsa kita yaitu ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Negara Indonesia adalah satu walau terdiri dari banyak suku, bahasa, agama, kebudayaan, stasus sosial, dsb.

Namun lebih dari itu, ada juga Pemersatu seluruh umat manusia, Pemersatu seluruh wilayah di dunia. Yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tanpa memandang suku, atau orang-orang yang berperilaku baik, atau orang khusus saja, tetapi siapa saja yang beriman kepadaNya akan diselamatkan. Hal inilah yang akan mempersatukan seluruh umat manusia. Baik satu kesatuan sebagai gereja universal – kumpulan orang-orang percaya –, maupun juga kesatuan di gereja-gereja lokal kita. Karena kita sudah ditebus dan menjadi ciptaan baru, maka kita semuanya adalah satu keluarga. Satu keluarga di dalam Kristus inilah yang disebut dengan gereja Tuhan. Dan dengan bagiannya masing-masing di dalam gereja, kita disebut sebagai tubuh Kristus. Sama halnya dengan Bhinneka Tunggal Ika di mana tubuh dengan bagian dan bentuk yang berbeda tetapi menjadi satu kesatuan, begitupun gereja dengan anggota tubuh yang berbeda-beda dan Tuhan Yesus yang menjadi kepalanya.

Efesus 3:1 berbunyi demikian; Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah”. Karena Kristus dan betapa pentingnya tubuh Kristus, membuat Paulus rela dipenjarakan dan rela mengabarkan Injil kepada orang-orang non-Yahudi. Dalam ayat yang ke-2 dan ke-3; 2— memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu,3yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat.” Pernyataan apa yang diwahyukan kepada Paulus sehingga ia rela untuk datang dan memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi? Terdapat dalam Efesus 2:8-9 yang berkata; 8Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”. Banyak orang yang membanggakan dirinya sendiri, termasuk bangsa Yahudi yang membanggakan diri sebagai umat pilihan Allah. Namun dari ayat ini, Paulus menegaskan bahwa orang non-Yahudi juga sama pentingnya karena kasih karunia adalah pemberian dari Allah dan tidak memandang perbedaan.

Dalam ayat yang ke-4 sampai ayat ke-6; 4Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, 5yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, 6yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.” Dari ayat ini, dikatakan bahwa orang-orang non-Yahudi juga merupakan ahli waris keselamatan dari Tuhan Yesus. Kasih karunia tidak memandang fisik, suku bangsa, atau karena perbuatan baik.

Hal inilah yang membawa satu tema besar di kitab Efesus. Yaitu persatuan di dalam tubuh Kristus. Jikalau kita sadar bahwa keselamatan diberikan untuk semua orang, berarti semua orang sama-sama berharga. Apapun suku bangsa, status sosial, atau perbedaan lainnya. Mungkin ada kalanya kita susah untuk menerima hal ini, karena tekanan yang kita alami dari beberapa pihak atau karena perlakuan terhadap minoritas, dsb. Namun, hal ini yang juga harus kita terima, bahwa orang-orang tersebut juga akan menikmati Kerajaan Tuhan bersama-sama dengan kita. Inilah kabar baik untuk jemaat di Efesus ataupun untuk semua orang. Bahwa, keselamatan adalah hak semua orang dan dengan demikian di dalam gereja, semua anggota tubuh Kristus memiliki nilai yang sama.

Mari kita masuk pada aplikasi renungan kali ini. Pada ayat yang ke-7; Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.” Karena kita sudah menerima Injil Kristus dan diperuntukkan untuk semua orang, yang semua orang dipersatukan, maka kita perlu menjadi pelayan dari Injil itu. Jika kita bisa menjadi pelayan Injil, itu semua karena kemurahan dan kasih karunia Tuhan. Maka, tidak baik bagi kita untuk memegahkan diri walaupun mungkin kita mengalami kesusahan, penderitaan, bahkan dipenjarakan ketika kita melayani Tuhan.

Pada ayat yang ke-8 sampai ayat ke-11; 8Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, 9dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, 10supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 11sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Penetapan peran pelayanan merupakan sebuah keistimewaan. Dan sesungguhnya tidak ada yang layak untuk menerimanya. Namun, melalui ayat-ayat ini, Paulus ingin membongkar anggapan bahwa keselamatan hanya milik orang Yahudi, karena Tuhan Yesus adalah Juru Selamat semua umat manusia, semua suku dan semua bangsa yang beriman kepadaNya.

Di dalam ayat yang ke-12 dan ke-13; 12Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. 13Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.”  Yesus Kristus karena pengorbananNya di atas kayu salib telah menjadi perantara antara keterpisahan kita dengan Allah yang telah rusak akibat dosa. Ia mengaruniakan jalan untuk kita bisa bersatu denganNya dan dengan manusia yang lain, terlepas dari segala perbedaan yang ada. Dan ketika kita melihat perjuangan ataupun penderitaan saudara seiman dan Hamba Tuhan ketika melayani Tuhan, Paulus menegaskan bahwa ini bukan sebuah kesedihan melainkan membawa kemuliaan karena kita melayani sesuatu yang lebih berharga. Hal inilah yang seharusnya menjadi kekuatan untuk kita semua. Yaitu untuk saling melayani sebagai bagian dari tubuh Kristus, walaupun kita harus menderita karenanya dan walaupun membawa latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda. Namun, di dalam kebhinekaan itu kita tetap satu di dalam Yesus Kristus. Karena Injil lebih berharga dari apapun juga sehingga Paulus rela menderita, maka haruslah kita juga rela melayani Injil itu.

Pdt. Ardi menutup renungan ini dengan satu kesaksian ketika beliau pergi ke Amerika Serikat dan mengunjungi Grand Canyon. Di sana, berkumpulah orang-orang dari berbagai belahan bumi yang berbeda, untuk menikmati keindahan matahari terbenam dan menikmati kemegahan ciptaan Tuhan tersebut. Ketika proses matahari terbenam sudah selesai, Pdt. Ardi melihat orang-orang di sekitarnya yang tidak mengenal satu sama lain saling berjabat tangan dan berpelukan, memuji keindahan ciptaan Tuhan. Itulah sebuah persatuan, meski ratusan orang di sana tidak saling mengenal. Pada saat itu, orang tidak melihat warna kulit atau bahasa yang dibicarakan, tetapi mereka hanya fokus menikmati kuasa Allah.

Sama halnya dengan kita yang telah diselamatkan dan menerima kasih karunia Allah. Dengan meninggalkan segala perbedaan dan kebencian yang ada, mari kita bersama-sama melayani Tuhan, menjadi tubuh Kristus yang solid dan menjunjung tinggi persatuan. Semuanya itu hanya untuk kemuliaan Tuhan. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin!