“BERJALAN SEBAGAI TERANG DAN BERJALAN DENGAN ARIF” – EFESUS 5 : 8-21

BINCANG BESTARI EPISODE 10 OLEH PDM. KRISNA WAHYU SURYA

Episode kali ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu hidup sebagai terang dan hidup dengan arif. Bagian pertama kita akan belajar dari ayat yang ke-8 hingga ayat ke-14.

8Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 9karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 10dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 11Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. 12Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. 13Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. 14Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”

Sebelum kita percaya, kita berada di kegelapan. Di pasal yang ke-2 mencerminkan bagaimana kehidupan kita yang saat itu berada di kegelapan lalu menerima kasih karunia dengan cuma-cuma, dan kini hidup sebagai terang. Eksistensi kita saat ini, sudahlah menjadi anak-anak terang. Ketika kita sudah menjadi terang, maka sudah seharusnya terdapat perbedaan yang signifikan ketika masih ada di dalam kegelapan dan sekarang sudah sebagai terang. Kita kini hidup sebagai terang dan bukan sekedar hidup di dalam terang. Ketika kita berjalan dan ada lampu yang menerangi kita maka itu artinya kita hidup di dalam terang. Namun, kita adalah terangnya. Lalu, ketika kita sudah hidup sebagai terang, maka kita akan menghasilkan buah-buah yang juga bisa dinikmati oleh orang lain. Yaitu buah-buah kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Kualitas kebaikan dikatakan sebagai kualitas menjadi baik dan berbudi luhur, kualitas keadilan dikatakan sebagai kualitas menjadi adil dan moralitasnya dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan kualitas kebenaran adalah kualitas menjadi benar berdasarkan fakta maupun realita. Maka, ketika kita sudah hidup dengan kualitas-kualitas tersebut itu artinya kita sudah menjadi terang dan sudah berbuah.

Sebagai terang, ketika kita memasuki satu kegelapan, sudah menjadi tanggungjawab kita untuk menyingkapkan kegelapan tersebut. Kita seharusnya berani mengungkap setiap perilaku, perbuatan, dan perkataan yang buruk. Ketika kita berjalan sebagai terang, maka kita juga memberikan teladan dan dapat menunjukkan perbedaan yang kontras antara kegelapan dan terang.

Pdm. Krisna menceritakan masa kecil beliau ketika memperhatikan seorang tukang patri (tukang reparasi/tambal peralatan rumah tangga yang berasal dari logam). Saat tukang patri itu datang, dia akan membunyikan suatu alat sebagai tanda kehadirannya. Ketika ada ibu-ibu yang membutuhkan jasanya, ibu itu akan datang dan memberikan peralatan dapurnya yang rusak. Panci atau peralatan lain yang rusak, oleh tukang patri tersebut akan diangkat dan dengan bantuan sinar matahari, dia akan tahu bagian mana yang berlubang. Sinar matahari atau sumber terang yang lain yang membantu tukang patri itu untuk mengecek lubang dari panci tersebut berulang kali hingga lubangnya berhasil tertambal kembali. Sama halnya dengan kita, kita seharusnya ada untuk mengungkap bentuk-bentuk kegelapan yang ada.

Namun, ada satu hal yang boleh kita ingat yaitu karya untuk menjadi terang itu berasal dari Tuhan Yesus, karena Ia adalah Terang yang Sejati. Oleh karena itu, dikatakan oleh banyak ahli bahwa ayat yang ke-14 merupakan suatu pujian untuk orang-orang yang baru percaya. Karena ketika kita mengaku percaya, maka terang yang daripada Yesus akan tercurah untuk setiap kita. Untuk menjadi terang, kita harus terhubung terlebih dahulu dengan Tuhan Yesus.

Lalu, bagaimana cara agar kita bisa untuk hidup sebagai terang? Maka dari itu, diperlukanlah wisdom atau kearifan. Bagian yang kedua, kita akan belajar dari ayat yang ke-15 hingga ayat ke-21. 15Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, 16dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. 17Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 18Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, 19dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. 20Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita 21dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.

Dalam ayat-ayat ini ada sebuah perintah untuk memperhatikan dengan seksama, dan menggunakan sebuah perbandingan dengan orang bebal yang tidak peduli dengan apapun yang terjadi sedangkan kita sendiri diajarkan untuk hidup dengan kewaspadaan, kearifan, dan dengan seksama. Dalam ayat yang ke-16 dijelaskan tentang bagaimana caranya. Yaitu dengan mempergunakan dan membeli waktu yang ada. Kita diajarkan untuk menggunakan waktu dengan arif dan bijak karena hari-hari ini adalah jahat dan menjebak kehidupan keimanan kita.

Tuhan Yesus ingin kita menjadi bijak dan arif. Dalam Ulangan 4 : 5-6, Israel menunjukkan hikmat dan kebijaksanaannya dengan melakukan kehendak Tuhan. Hanya jika kita memahami kehendak Tuhan, maka kita dapat memilih atau memanfaatkan waktu dengan bijak. Dalam ayat 18-21, orang bebal digambarkan sebagai orang yang hidupnya dipenuhi oleh anggur hingga mabuk, sedangkan orang arif hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus.

Ada 3 indikasi dari seorang yang hidupnya dikuasai Roh Kudus berdasarkan ayat 19-21. Yaitu hidupnya dipenuhi dengan pujian dan mazmur, ucapan syukur, dan kerendahan diri. Jadi, sudahkah kita saling menunjukkan kerendahan hati antara seorang Kristen akan yang lain?

Mari terus berjalan dan hidup sebagai terang, yang akan mengungkap segala kegelapan dan memusnahkannya. Mari senantiasa menjadi terang sesuai dengan petunjuk Firman Tuhan yang sudah kita pelajari bersama. Dan mari kita juga hidup dengan arif, menanggapi dengan bijak hari-hari yang jahat ini.

Sebagai penutup, Pdm. Krisna mengutip tulisan Pdt. Yosia Wartono di dalam bukunya yang berjudul ‘Interdependensi dalam Kehidupan Bergereja’ menyatakan keadaan dunia pada saat ini yang semakin jahat dalam berbagai rupa kegiatan yang selama ini dekat dengan kita. Dunia boleh makin jahat, tetapi kehadiran kita sebagai terang dapat memenangkan pertarungan yang ada di udara untuk melawan kuasa jahat dan untuk terus senantiasa mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Tuhan Yesus memberkati. Amin!

https://www.youtube.com/watch?v=PKaLN6pBgJU