“MEMBUAT ALLAH DIKENAL MELALUI KELUARGA KITA” – EFESUS 5 : 22-33 & 6 : 1-9

BINCANG BESTARI EPISODE 11 OLEH PDM. KRISNA WAHYU SURYA

Dari Efesus pasal 5 ayat 22 hingga pasal 6 ayat 9, kita akan bersama-sama menyimak bagaimana perkembangan mulai dari pernikahan hingga membentuk sebuah keluarga. Kita akan bersama-sama belajar mengenai apa saja kehendak dan hikmat Allah untuk setiap keluarga Kristen.

Ketika kita memasuki pernikahan, itu berarti kita juga sedang membangun hubungan dengan keluarga lain, dan seiring berjalannya waktu, maka akan lebih banyak relasi yang dibuat. Dan dari banyaknya relasi yang kita buat, maka dari situ juga kita akan mengenalkan Allah kepada lebih banyak orang.

Di bagian yang pertama dari pasal 5 ayat 22-33 berkata demikian: 22Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 25Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. 28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. 29Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, 30karena kita adalah anggota tubuh-Nya. 31Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 32Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. 33Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.”

Ada tanggungjawab yang merata antar peran di suatu keluarga. Teruntuk istri, diharuskan tunduk kepada suami dalam segala hal, layaknya kepada Tuhan. Karena suami merupakan kepala sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Sama halnya organisasi maupun institusi yang ada, mereka memiliki kepala atau ketua, begitu pula yang dikehendaki Allah dalam setiap pernikahan bahwa suami ada di atas istri. Hal ini adalah suatu kehormatan untuk setiap istri yang melakukan kehendak Allah untuk tunduk kepada suami. Dalam ayat yang ke-31, dipertegas bahwa ini semua adalah kehendak Allah sejak awal.

Dan untuk para suami, disebutkan tanggungjawabnya dari ayat yang ke-25 sampai ayat ke-30, suami harus mengasihi istri mereka. Sama seperti Kristus mengasihi gereja dan mengorbankan Dirinya, demikian pula para suami harus mengasihi istri dengan kasih yang berkorban. Ketika Kristus memikirkan jemaatNya, maka suami berkorban karena memikirkan apa yang baik, menguntungkan, dan memberkati kepada istrinya. Dengan begitu, para suami juga sedang melakukan kehendak Allah.

Kita beberapa kali mendengar berkenaan dengan istri yang melakukan pekerjaan yang lebih baik dari suami, atau memiliki posisi yang lebih baik dari suaminya, tetapi kita tidak boleh melupakan tugas istri untuk tunduk pada suami, dan tugas suami untuk mengasihi dan berkorban untuk istrinya.

Pada bagian yang kedua dari pasal 6 ayat 1-9 berkata demikian: 1Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. 2Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. 4Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. 5Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, 6jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, 7dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. 8Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. 9Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.”

Bagian ini adalah pembelajaran lebih mendalam berkenaan dengan keluarga dalam artian yang lebih luas. Bagian dalam keluarga yang lain adalah anak. Anak mempunyai tugas dan tanggungjawabnya sendiri yaitu untuk mematuhi orang tuanya dengan mematuhi mereka. Tugas dan tanggungjawab ini mempunyai manfaatnya sendiri baik manfaat sementara maupun manfaat spiritual yang bersifat kekal. Manfaat sementaranya yaitu agar anak berbahagia dan panjang umur di bumi. Sementara dalam Kolose 3:20 berkata: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.” ini adalah manfaat yang kekal.

Melalui keteladanan ayah yang mengasihi ibu dan ibu yang menghormati ayah, anak juga diharapkan dapat melaksanakan tugas ini untuk menghormati kedua orang tuanya. Juga dari ayat yang ke-4, ayah dilarang untuk membangkitkan amarah di dalam hati anak, tapi ayah dituntut untuk mendidik, melatih, dan membimbing anak-anaknya dengan ajaran yang daripada Tuhan. Namun, ada beberapa orang tua terlebih figur ayah yang terlalu disiplin dan tegas kepada anaknya dan mengabaikan tugas lainnya yaitu untuk mengasihi anak-anaknya. Serta, adapula ayah yang terlalu mengasihi anak-anaknya hingga melupakan tugasnya untuk membimbing dan mendidiknya dengan tegas terlebih ketika anak sedang melakukan kesalahan. Keseimbangan pengajaran yang dilakukan seorang ayah antara mendidik dengan tegas dan mengasihi anaknya, dapat menjadi sebuah kesaksian bagi anak-anak lain dan bagi ayah yang lain tentang bagaimana hubungan kekeluargaan yang baik di dalam Tuhan.

Peran dan tanggungjawab lain dalam keluarga disebutkan yaitu antara hamba dan tuannya. Di dalam ayat 5-8 terdapat beberapa tanggungjawab sebagai seorang hamba. Yaitu untuk menaati tuannya dengan perasaan takut, gentar, dan dengan tulus hati sama seperti kepada Kristus. Para hamba diajarkan untuk mempunyai niat baik dalam setiap pekerjaannya, serta berprinsip bahwa pada akhirnya Tuhan adalah Hakim atas segala perbuatannya. Ketika hamba melakukan tanggungjawabnya dengan baik, maka ia dapat pula menjadi saksi untuk orang-orang di sekitarnya. Sementara untuk tugas dan tanggungjawab sebagai tuan, dijelaskan pada ayat yang ke-9. Para tuan diajarkan untuk juga melakukan tanggungjawab yang seperti para hamba yaitu untuk taat, takut, gentar, dan tulus hati sama seperti kepada Tuhan, dengan niat baik dan tidak diperbolehkan untuk mengancam hambanya karena Allah tidak memandang muka.

Apapun peran kita di dalam keluarga, mari kita melakukan setiap tugas dan tanggungjawab kita dengan benar. Baik sebagai istri, suami, anak, hamba, maupun sebagai tuan. Karena ketika kita sudah menjalankan tugas dan tanggungjawab, kita dapat menjadi saksi bagi orang lain tentang bagaimana indahnya keluarga yang ada di dalam dan yang dipimpin oleh Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin!

https://www.youtube.com/watch?v=U0ofSrmUjc0